PENDIDIKAN JASMANI: KONSEPSI, STRATEGI DAN PELAKSANANYA

 

 

KATA PENGANTAR

 

Pembinaan Olahraga (termasuk pendidikan jasmani) merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Upaya pembinaan olahraga terutama diarahkan pada peningkatan kesehatan jasmani, mental dan rohani masyarakat dan ditujukan untuk pembentukan watak dan kepribadian, disiplin dan sportifitas yang tinggi, serta untuk meningkatkan  prestasi yang dapat membangkitkan rasa kebangsaan nasional.

Pemerintah dalam menempuh kebijaksanaan pembinaan dan pengembangan olahraga khususnya untuk pendidikan jasmani melalui jalur sekolah dimaksudkan untuk meningkatkan pertumbuhan perkembangan jasmani, mental, emosional yang selaras dalam upaya membentuk dan mengembangkan kemampuan gerak dasar, menanamkan nilai, sikap dan membiasakan hidup sehat dalam rangka upaya mencapai tujuan pendidikan nasional.

Memorandum pandangan ini memuat pemikiran anggota Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional(BPPN) berkenaan dengan konsep, strategi, dan pelaksanaan pendidikan jasmani. Ddalam rangka  penyusunan memorandum pandangan ini telah dilakukan serangkaian kegiatan antara lain: mengadakan pertemuan khusus dengan pakar pendidikan, mengadakan temu wicara dan dialog dengan beberapa Gubernur/Kepala daerah Tingkat I beserta  jajaranya, tokoh masyarakat dan anggota masyarakat. Di samping itu, juga telah diadakan dialog dengan para pakar di bidang kesegaran jasmani dan rekreasi, serta olahraga, antara lain  Bapak dr. Suharto, D.P.H., Kepala Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi dan Bapak Siregar.

Pemikiran, pandangan dan pendapat, serta saran BPPN yang terumus dalam memorandum pandangan ini berpangkal pada hasil karya kelompok kerja yang diketuai oleh Bapak Barnabas Suebu, S.H., dengan anggota-anggota Ibu Prof. Dr. Lily I. Rilantono, Bapak H. Mohammad Noer, dan Bapak Letjen TNI (Purn) Sayidiman  Suryohadiprojo dan Bapak Prof. Makaminan Makagiansar M.A., Ph.D.

Semoga memorandum pandangan ini bermanfaat dalam merumuskan kebijaksanaan pembinaan dan pengembangan olahraga khususnya pendidikan jasmani di sekolah.

 

BAB I: PENDAHULUAN

Berdasarkan pengamatan selama ini diketahui bahwa kesegaran dan kebugaran fisik seseorang sangat mempengaruhi kemampuan dan keterampilan di bidang-bidang kehidupan lainnya, bahkan dapat juga menjadi salah satu faktor utama panjang-pendeknya masa produktif seseorang.

Sejalan dengan pengamatan itu, pemerintah telah menetapkan kebijaksanaan dalam pelita VI bahwa pendidikan nasional yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa diselenggarakan secara terpadu dan diarahkan pada peningkatan kualitas manusia Indonesia.

Pada bagian lain dinyatakan bahwa pembinaan olahraga (termasuk pendidikan jasmani) sebagai salah satu upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia dilaksanakan sesuai dengan amanat Garis-Garis Besar Haluan Negara 1993, yang menegaskan bahwa:

a.      Pembinaan dan pengembangan olahraga yang merupakan bagian upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia diarahkan pada peningkatan kesehatan jasmani, mental, dan rohani masyarakat, serta bertujuan untuk pembentukan watak dan kepribadian, disiplin dan sportifitas yang tinggi serta peningkatan prestasi yang dapat membangkitkan rasa kebangsaan nasional;

b.     Gerakan memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat agar terus ditingkatkan lebih meluas dan merata di seluruh pelosok tanah air untuk menciptakan budaya olahraga dan iklim yang sehat yang mendorong peran serta aktif masyarakat yang sportif dan bertanggungjawab dalam semua kegiatan keolahragaan;

c.      Dalam upaya peningkatan prestasi olahraga perlu terus dilaksanakan pembinaan olahragawan sedini mungkin melalui pencarian dan pemantauan bakat, pembibitan, pendidikan dan pelatihan olahraga prestasi yang didasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi secara efektif dan efisien serta peningkatan kualitas keolahragaan baik di tingkat pusat maupun daerah.

Dalam rangka penbinaan dan pengembangan olahraga tersebut Pemerintah menempuh kebijaksanaan  melalui  empat jalur yaitu: jalur sekolah, jalur induk organisasi olahraga dan cabang-cabangnya, jalur organisasi olahraga profesional, dan jalur olahraga masyarakat.

Khusus mengenai jalur sekolah pendidikan jasmani dimaksudkan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, emosional dan sosial yang selaras dalam upaya membentuk dan mengembangkan kemampuan gerak dasar, mananamkan nilai, sikap dan membiasakan hidup sehat dalam rangka upaya mancapai tujuan pendidikan nasional.

Menyadari pentingnya pendidikan jasmani, BPPN perlu mengkaji dan menelaah permasalahan yang menyangkut konsepsi, strategi, dan pelaksanaan pendidikan jasmani.

 

BAB II: PERMASALAHAN

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, terhadap kondisi kesegaran jasmani peserta didik/anak usia sekolah 6-19 tahun dan mahasiswa/pemuda usia 20 tahun ke atas, menunjukkan bahwa sebagian besar (40%) memiliki kondisi kesegaran jasmani yang rendah. Di samping itu, hasil penelitian terhadap calon AKABRI tahun 1990/1991 menyatakan bahwa 38,25 % calon Taruna AKABRI dinyatakan tidak lulus disebabkan kesiagaan jasmaninya tidak memenuhi persyaratan.

Saat sekarang masih terdapat kendala-kendala dalam pelaksanaan pendidikan jasmani sebagai berikut:

1.     Pelaksanaan koordinasi antara lembaga/instansi terkait di bidang pendidikan  jasmani dan olahraga belum berjalan sebagaimana mestinya.

2.     Meskipun pemerintah masih kekurangan guru pendidikan jasmani dan pelatihan olahraga ternyata masih banyak lulusan Sekolah Guru Olahraga (SGO) yang tenaganya belum dimanfaatkan.

3.     Khusus di tingkat sekolah dasar (SD) jumlah guru olahraga masih kurang memadai. Di samping itu pendidikan jasmani yang dijajarkan di SD oleh para guru tamatan pendidikan guru belum memenuhi syarat. Sebab ialah bahwa program pendidikan guru SD masih belum cukup mencakup pendidikan jasmani.

4.     Rendahnya minat tenaga pendidik dan peserta didik terhadap pendidikan jasmani.

5.     Kurang prasarana dan fasilitas olahraga di samping penggunaan lapangan olahraga untuk tujuan non-pendidikan di bidang tersebut. Dengan kata lain, kepentingan pendidikan dilakukan oleh kepentingan ekonomi.

6.     Kekurangan kegiatan ekstrakurikuler  pada pelajaran pendidikan jasmani, kegiatan olahraga di dalam sekolah (intramural), kegiatan olahraga antara sekolah (interscholastic)

7.     Anggaran untuk pendidikan jasmani dan anggaran kegiatan olahraga masih kurang.

8.     Selama ini pendidikan jasmani dan anggaran kegiatan olahraga masih kurang.

9.     Penggunaan fasilitas yang menyangkut pendidikan jasmani dan olahraga oleh instansi/lembaga belum mencerminkan kesamaan persepsi. Penggunaan peristilahan pendidikan jasmani dan olahraga oleh berbagai lembaga dan instansi masih berbeda-beda. Antara lain Depdikbud dalam Kurikulum 1994 menggunakan istilah pendidikan jasmani dan kesehatan; Menpora dan KONI menggunakan istilah olahraga; dan UNESCO menggunakan Physical Educational and Sports ( pendidikan jasmani dan olahraga).

10.  Adanya persepsi yang berbeda-beda terhadap pentingnya kesegaran jasmani dalam pertambahan pembentukan bangsa.

Kendala-kendala tersebut mengakibatkan antara lain kurangnya prestasi olahraga peserta didik. Sangat kurangnya fasilitas pendidikan jasmani dan kesempatan berolahraga turut mengurangi kesempatan pelampiasan energi kreatif (behavioural energy outlets) yang pada gilirannya tidak mustahil berkaitan dengan perilaku agresif yang terlihat dalam gejala kenakalan dan perkelahian antara remaja. Jika rata-rata produktivitas bangsa  kita dibandingkan dengan negara-negara Asia tenggara lainya termasuk rendah, maka menurut dr. Suharto, Kepala Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, hal tersebut disebabkan antara lain oleh kesegaran jasmaninya yang rendah tingkatnya.

 

BAB  III: ANALISIS PERMASALAHAN

Sebagaimana telah dinyatakan di atas, pengembangan jasmani dan olahraga menghadapi serangkaian masalah seperti tidak adanya persepsi  dan penggunaan istilah yang sama. Selain dari itu kurangnya kooordinasi, tidak lengkapnya sarana dan fasilits, serta kegiatan ekstrakurikuler terbatas yang bersifat internal (dalam sekolah) dan interscholastic (antar sekolah) dan masih lemahnya upaya memadukan pendidikan jasmani dan olahraga dengan sikap mental, kemahiran karya dalam tim (teamwork), kedisiplinan dan tekad mencapai keunggulan merupakan kendala-kendala yang merugikan.

Keseluruhan  permasalahan dan kendala tersebut di atas merupakan sebab-musabab kenyataan bahwa fisik dari peserta didik dan generasi muda kita berada dalam kondisi yang belum memuaskan. Sebagai perbandingan, kondisi kesehatan jasmani peserta didik Indonesia dengan peserta didik Korea Selatan adalah 1:3 (hasil penelitian Pusat Kesegaran Jasmani tahun 1993).

Dalam upaya mencapai kualitas sumber daya manusia Indonesia yang maksimal dalam REPELITA VI dan PJP II maka untuk mengatasi permasalahan sebagaimana dikemukakan pada Bab II, setiap lembaga/organisasi baik pemerintah maupun swasta yang terkait dalam pembinaan dan pengembangan pendidikan jasmani dan olahraga wajar mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kedudukan, tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan.

Sasaran yang harus dicapai dalam pendidikan jasmani adalah untuk memperoleh:

1.     Peningkatan perkembangan aktifitas fisik para peserta didik.

2.     Pertumbuhan jasmani yang wajar  yang meliputi antra lain kenaikan tinggi dan berat badan yang seimbang serta diikuti oleh kondisi mental, emosional dan lingkungan yang mendukungnya.

3.     Pengembangan keterampilan  berolahraga dan sikap positif terhadap olahraga dan kesehatan.

4.     Peningkatan kesegaran jasmani berdasarkan standar fisik minimum.

5.     Memasyarakatkan pengetahuan olahraga  dan membiasakan hidup sehat sehari-hari.

Pada tingkat pendidikan prasekolah, program pendidikan jasmani ditekankan pada usaha untuk mencapai landasan pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, emosional dan sosial. Pada tingkat pendidikan dasar ditekankan pada usaha untuk memacu dan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental emosional dan sosial yang selaras dengan standar fisik minimum, sedangkan untuk pendidikan menengah ditekankan pada usaha meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, emosional dan sosial yang optimal.

Untuk mencapai sasaran sesuai dengan tujuan pendidikan nasional maka perlu diambil langkah-langkah strategis yang bersifat lintas sektoral, multi fungsi dan multi disipliner. Lingkungan kegiatannya meliputi gerakan olahraga secara massal (pemassalan), pembibitan, peningkatan prestasi. Sejalan dengan itu perlu ditingkatkan prinsip-prinsip koordinasi, kebersamaan dan keterpaduan dalam menyusun rencana dan melaksanakan program.

Untuk menangani sasaran dan langkah strategi tersebut di atas dipandang perlu adanya suatu lembaga yang dapat menangani pendidikan jasmani secara menyeluruh, sehingga permassalan, pemibibitan dan peningkatan prestasi dapat ditingkatkan.

 

BAB IV: SARAN- SARAN

 

1.          Perlu  lebih ditingkatkan koordinaasi terpadu antar Kanor MENPORA, Depdikbud, dan KONI, dan instansi/lembaga terkait lainya di dalam upaya peningkatan sistem pembinaan dan pengembangan olahraga nasional, yaitu pemassalan, pembibitan dan peningkatan prestasi olah raga.

2.          Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan jasmani secara nasional agar peserta didik dapat memenuhi standar kemampuan fisik minimum, perlu dibentuk suatu lembaga khusus di tingkat nasional berupa Dewan Nasional untuk Pendidikan Jasmanni (National Council on Physical Education). Dewan tersebut dapat terdiri dari unsur-unsur:

a.    Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam hal ini Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi

b.     Kantor Mentri Pemuda dan Olahraga

c.    Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI)

d.     Departemen Kesehatan

e.    Tenaga ahli pendidikan olahraga

f.     Tokoh Masyarakat:

1)          Penyandang dana

2)          Penyelenggara olahraga

3.          Pendidikan Jasmani perlu diterapkan di tingkat pendidikan prasekolah dalam bentuk permainan untuk melakukan dasar-dasar ke arah pertumbuhan fisik dan mental.

4.          Perlu dihidupkan kembali pertandingan olah raga antar kelas di dalam sekolah dan antar sekolah baik yang bersifat kurikuler maupun ektra kurikuler agar semua siswa mempunyai kesempatan untuk ikut berprestasi. Melalui kegiatan olah raga di sekolah diharapkan para siswa ada yang bisa menjadi olahragawan  berprestasi di samping untuk kebugaran sendiri.

5.          Dalam upaya  memenuhi kekurangan guru pendidikan jasmani secara kuatitatif, perlu diadakan pendidikan guru olahraga/ pendidikan jasmani yang dapat meningkatkan kemampuan teori dan praktek termasuk mampu menumbuhkan motivasi untuk gemar berolahraga bagi siswa. Di samping itu, untuk memenuhi kekurangan guru secara kuantitatif, khususnya untuk Sekolah Dasar dapat direkrut para lulusan SGO yang masih menganggur dan dapat pula direkrut lulusan SPG yang belum diangkat dengan diberi pengetahuan tambahan di bidang pendidikan jasmani.

6.          Guru olahraga di Sekolah Dasar mampu melakukan pemantauan dan pencatatan siswa yang berbakat di bidang olah raga, sehingga dapat dilakukan penjaringan bibit-bibit olahraga sedini mungkin.

7.          Secara kurikuler pendidikan jasmani di sekolah perlu ditingkatkan mutunya di segala bidang yang terkait, untuk mendukung sasaran pendidikan nasional umumnya, khususnya pemassalan, pembibitan serta peningkatan prestasi olahraga.

8.          Perlu diadakan buku pegangan pelajaran pendidikan jasmani, pedoman mengajar cabang-cabang olahraga dan pedoman pelatihan cabang-cabang olahraga untuk mendukung kurikulum nasional. Buku tersebut hendaknya memuat antara lain pedoman metoda mengjar, materi pelajaran setiap tingkat sekolah, penilaian, tes-tes kesegaran jasmani, sejarah olahraga, ketentuan-ketentuan: ekstrakurikuler,intramural (kegiatan olahraga dalam sekolah), dan interscholastic (kegiatan olahraga antar sekolah).

9.          Dalam upaya mengatasi keterbatasan sarana/ lapangan diusulkan agar:

a.    Lapangan yang ada dapat dimanfaatkan secara bersama-sama oleh sekolah-sekolah yang berdekatan.

b.     Lingkungan alam sekitarnya (danau, sungai dan lain-lain) dapat dimanfaatkan sebagai sarana olah raga; dan

c.    Permainan rakyat yang tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas seperti kasti, galasin, gobak sodor dan lainnya perlu dihidupkan kembali.

10         Sehubungan dengan kebijakan yang mengharuskan developer menyediakan lahan bangunan real estate sebesar 40%  untuk kepentingan umum (antara lain untuk pendidikan, rekreasi, tempat peribadatan, pasar dan lain-lain), diusulkan agar dari 40% tersebut dapat ditetapkan sejumlah persentase tertentu untuk kepentingan sarana olah raga.

Di samping itu dalam upaya mendirikan sekolah-sekolah baru perlu diperhitungkan adanya fasilitas olahraga yang pengadaannya dibuat dalam suatu paket dengan pengadaan gedung tersebut.

11.   Perlu dilakukan perlindungan hukum terhadap tanah-tanah yang digunakan sebagai lapangan olahraga berdasarkan ketentuan perundangan-undangan agar tidak dialihfungsikan menjadi bangunan/gedung lainnya.

12.   Perlu didukung dana yang memadai agar pendidikan jasmani mampu memberikan       landasan bagi penciptaan prestasi olah raga yang lebih tinggi di semua cabang olah     raga.

13.       Semboyan “memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat" sudah sangat tepat, tetapi yang terpenting dapat dilakukan secara nyata. Kiranya amanat GBHN 1993 dapat dilakukan secara utuh, dapat memperhatikan keterbatasan pemerintah, maka peran serta masyarakat dan dunia usaha dapat ditingkatkan.

14.       Hubungan antara pendidikan jasmani dengan perilaku seseorang dapat terlihat pada:

a.    Sikap dan tindakan kerja sama (team work)

b.     Hasrat dorongan selalu ingin unggul( nomorsatu)

c.    Sikap menahan diri yang tidak merugikan orang lain (sportif)

        Oleh karena itu, perlu adanya keterpaduan dalam bidang ini sehingga terdapat keseimbangan antara kesehatan rohani dan jasmani. Untuk mendapatklan tubuh yang sehat perlu didukung oleh jiwa yang kuat.

15.    untuk mendapatkan kesamaan persepsi tentang pendidikan jasmani  dan olahraga sebaiknya digunakan istilah baku dan berlaku bagi semua pihak yang berkaitan yaitu menggunakan istilah pendidikan jasmani. Karena istilah Pendidikan Jamani bisa mencakup kesegaran jasmani, olahraga dan ilmu faal/tubuh manusia.

 

KEMBALI KE MENU SARAN PERTIMBANGAN

KEMBALI KE MENU UTAMA