BAB I: PENDAHULUAN
Pembangunan di bidang pendidikan merupakan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan
kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat maju, adil, dan makmur, serta
memungkinkan para warganya mengembangkan diri baik berkenaan dengan aspek jasmaniah maupun
rohaniah, berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
Pendidikan nasional dikembangkan secara terpadu dan serasi baik antara berbagai jalur, jenis,
dan jenjang pendidikan maupun antara sektor pendidikan dengan sektor pembangunan lainnya.
Masyarakat sebagai mitra pemerintah berkesempatan seluas-luasnya untuk berperan serta dalam
penyelenggaraan pendidikan nasional. Kualitas pendidikan perlu disesuaikan dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan perkembangan pembangunan. Selain itu, perlu
terus dikembangkan kerja sama antara dunia pendidikan dengan dunia usaha/swasta terutama
dalam rangka pendidikan dan pelatihan untuk pemenuhan kebutuhan tenaga yang cakap dan
terampil bagi pembangunan sehingga tercipta keterpaduan dengan perencanaan tenaga kerja
nasional.
Semakin majunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat serta
perkembangan pembangunan di segala bidang senantiasa menuntut agar pendidikan khususnya
perguruan tinggi dapat menghasilkan lulusan yang bermutu. Oleh karena itu, pengembangan
perguruan tinggi harus diarahkan pada keterpaduan dan sinkronisasi dengan pembangunan pada
bidang-bidang lainnya untuk menghadapi milenium ke-3 era globalisasi sehingga dapat memacu
terciptanya perguruan tinggi berkelas dunia.
BAB II: PERMASALAHAN
Permasalahan pokok yang dihadapi adalah:
1. Pengembangan perguruan tinggi melalui satu pola yang diterapkan untuk mendukung
kebutuhan pembangunan, baik di tingkat universitas, fakultas, jurusan, program studi
maupun kombinasi di antara tingkatan tersebut belum jelas cara penerapannya.
2. Dalam milenium ke-3 era globalisasi bangsa yang mampu menguasai dan memanfaatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek) akan menjadi bangsa yang unggul dalam percaturan
dunia. Dalam hal ini penguasaan iptek bangsa Indonesia masih tertinggal.
3. Penguasaan dan pemanfaatan iptek hanya dapat dicapai melalui sumber daya manusia (SDM)
yang berkualitas. Peran Perguruan Tinggi (PT) menjadi penentu utama, namun
kenyataannya PT di Indonesia belum mampu bersaing dengan PT asing dalam menghasilkan
SDM yang bermutu profesional.
Dalam rangka peningkatan kualitas menuju Perguruan Tinggi berkelas dunia, di samping
permasalahan pokok tersebut dia atas, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Penerapan dan pengembangan teknologi informasi yang canggih (Sistem on-line, serta
mampu mengakses ke Internet) pada semua aktivitas Perguruan Tinggi, terutama dalam
pembangunan perpustakaan, belum dilaksanakan dengan baik.
b. Peningkatan serta penguatan kemampuan berbahasa asing, terutama Bahasa Inggris sangat
diperlukan. Bahasa Inggris haruslah dipandang sebagai the second language rather than a foreign language. Kemampuan
berbahasa Inggris merupakan kendala yang sangat besar dalam peningkatan mutu dosen
yang pada gilirannya mempengaruhi kualitas perguruan tinggi. Dalam era globalisasi,
penguasaan bahasa Inggris mutlak diperlukan.
c. Suppliers, yaitu kualitas lulusan Sekolah Menengah Umum (SMU). Ilmu-ilmu yang diajarkan
di tingkat SMU, terutama dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam, masih menggunakan
paradigma klasik (dapat dilihat dari silabus pelajaran kimia dan fisika di SMU).
Padahal paradigma yang digunakan di Perguruan Tinggi umumnya menggunakan paradigma
modern (quantum). Hal ini menimbulkan kesenjangan pengetahuan yang sangat besar
antara lulusan SMU dengan mahasiswa tingkat pertama. Perlu dicatat di sini bahwa SMU
di negara-negara maju sudah menggunakan paradigma modern ini. Jika kita tidak
memperbaiki/menghilangkan kesenjangan tersebut, maka beban pengajaran (utamanya
ilmu-ilmu eksakta) di Perguruan Tinggi akan semakin berat, dan akan menjadi sulit
mencapai perguruan tinggi kelas dunia.
d. Rendahnya kualitas perguruan tinggi di Indonesia, dibanding dengan perguruan tinggi di
negara-negara lain, setidak-tidaknya disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu dana
pengembangan pendidikan tinggi yang rendah dan mutu dosen yang rendah pula.
BAB III: PEMBAHASAN
Pertemuan dengan Nara Sumber
Dalam rangka memperoleh masukan, Tim telah mengadakan pertemuan dengan Direktur Jenderal
Pendidikan Tinggi dan beberapa PTN dan PTS.
1. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi
Pada dekade 70-an Depdikbud mengembangkan perguruan tinggi dengan program Center of
Excellence, yang terdiri dari UI, IPB, ITB, UGM, dan UNAIR. Harapannya adalah bahwa dengan
tersedianya anggaran yang terbatas tidak mungkin mengangkat keseluruhan PTN, sehingga melalui
kelima PTN tersebut di atas sebagai PTN Pembina, akan dapat diangkat PTN-PTN lainnya. Pada
periode ini dikembangkan program MUCIA dengan Amerika Serikat di bidang pertanian, program
AAUCS dengan Australia di bidang peternakan, dengan Perancis di bidang Sains dan Teknologi.
Melalui program-program ini, para dosen dari berbagai fakultas dikirim untuk studi lanjutan.
Akan tetapi karena tingkat accountability-nya yang rendah pada semua PTN, harapan peningkatan
PTN Non-Pembina tersebut tidak sepenuhnya dapat dicapai.
Pada dekade 80-an, Depdikbud melaksanakan program Inter University Center (IUC) yang
ditugaskan kepada 4 PT, yaitu UI, IPB, ITB, dan UGM. Melalui program ini diupayakan agar
pengembangan PTN dapat dilakukan dengan melibatkan dosen-dosen PTN dalam pengembangan SDM-nya
dan dalam penelitian. Akan tetapi program ini pun kurang dirasakan manfaatnya oleh PTN-PTN
lainnya.
Strategi yang kemudian dikembangkan adalah pemberian bantuan keuangan baik berupa loan maupun
rupiah murni kepada beberapa PTN berdasarkan kinerja (performance). Akan tetapi dalam praktek
ternyata bahwa begitu proyek itu selesai, selesai pula semua aktivitas, sehingga tidak
terdapat sustainability. Dalam kompetisi memperoleh bantuan tersebut, hanya PTN yang besarlah
yang memenangkan proyek.
Dalam strategi baru yang dikembangkan, kompetisi untuk memperoleh dana dilakukan berlapis,
seperti sistem liga. PTN berlomba dengan PTN lainnya dalam lapisan yang sama, sehingga dengan
demikian seluruh PTN yang lemah tidak akan berkompetisi dengan PTN yang besar.
Berdasarkan peringkat di Asia Week, PTN Indonesia berada di bawah, berarti di bawah agreed
standard yang disarankan untuk penentuan peringkat tersebut. Dalam pendidikan di PT, yang
penting bukanlah untuk mencapai gelar, akan tetapi untuk memperoleh kompetensi (keahlian).
Penyelenggaraan PT harus memperhatikan accountability, baik dari sudut penyelenggaraan
program, maupun dari sudut keuangan. Program yang dipadatkan waktunya, sehingga
diselenggarakan dalam waktu yang sangat terbatas seperti hanya pada hari Sabtu dan Minggu
saja, tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Efisiensi pembiayaan merupakan hal yang penting bagi pengelolaan PT. Dalam praktek banyak
terjadi bahwa biaya untuk PT tersebut banyak yang hilang untuk penggunaan non-pendidikan
(non-educational purposes), seperti terlalu besar untuk pembiayaan administrasi PT.
Dalam hubungan dengan SPP, masalah yang timbul dalam praktek adalah bahwa orang kaya yang
anaknya masuk ke PTN karena kemampuan akademiknya memadai sebagai hasil dari hidup sehat
dan bergizi, membayar SPP di PTN itu lebih kecil daripada anak miskin yang kurang bergizi
ke PTS yang SPP-nya lebih mahal, karena tidak mampu bersaing dalam UMPTN. Kesenjangan ini
harus diperhatikan dalam pembayaran SPP, sehingga SPP lebih proporsional.
Dalam menghadapi globalisasi, maka yang dapat dipersiapkan untuk kompetisi internasional
(berkelas dunia) adalah 4 PTN (UI, IPB, ITB, dan UGM), sedangkan PTN lapisan kedua
dipersiapkan untuk kompetisi regional.
2. Penjelasan PTN dan PTS Universitas Gadjah Mada (UGM)
Dalam menghadapi era globalisasi, dituntut adanya perubahan gaya manajemen. Dalam rangka
otonomi, terjadi perubahan mendasar, yaitu dari sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi,
dari sistem birokrasi ke sistem debirokrasi.
UGM mengembangkan hal-hal sebagai berikut:
Quality Assurance dibina agar lulusan UGM dapat dipakai secara regional maupun internasional.
Dalam bidang Financial management sudah dilakukan penataan. Di samping pimpinan UGM, akan
ada suatu badan yang disebut University Venture yang berdiri di luar UGM namun tetap merupakan
aset UGM. University Venture ini akan terdiri dari Commercial Venture, seperti toko buku,
dan lain-lain, non-commercial venture seperti program pendidikan/pelatihan, dan auxiliary
venture.
Untuk Commercial Venture, telah ditandatangani terbentuknya holding company, yang bernama
Gadjah Mada Multiusaha Mandiri, yang di antaranya terdiri dari:
(1) Gama University Press, menangani masalah percetakan,
(2) Gama Boga, menangani pelayanan snack dan makan pada rapat-rapat,
(3) Gama Travel Bureau.
Dalam pengembangan programnya, UGM memanfaatkan proyek Quality for Undergraduate Education
(QUE) yang digunakan untuk peningkatan kualitas pendidikan S1, untuk staff development
dan renovasi bangunan fisik. Dana OECF digunakan untuk pembuatan integrated laboratories,
baik teaching maupun research, sehingga terdapat efisiensi penggunaan laboratorium.
Universitas Negeri Jakarta (perubahan dari IKIP Jakarta)
Untuk menghadapi era globalisasi ini, maka masalah yang dihadapi oleh UNJ adalah bagaimana
agar dapat catch up dengan dunia luar. Internasionalisasi program studi merupakan salah satu
antisipasi menghadapi era global ini, dan ini dapat dilakukan dengan cara menaikkan jumlah
mahasiswa asing.
Masalah yang dihadapi adalah kemampuan dosen dalam berbahasa asing, utamanya Bahasa Inggris.
Tidak adanya persyaratan nilai TOEFL pada rekrutmen tenaga edukatif, merupakan salah satu
faktor rendahnya kemampuan dosen dalam berbahasa Inggris.
Universitas Tadulako (UNTAD)
Kerja sama internasional juga telah dilakukan oleh UNTAD, antara lain dengan York University
(Inggris), Waterloo University (Kanada). UNTAD juga sedang mempersiapkan kerja sama dengan
universitas di Jerman (Castle University) untuk pengembangan penelitian hutan tropis dan
staff development.
Universitas Hasanuddin (UNHAS)
Kesiapan UNHAS menghadapi era global masih terbatas. Dua perusahaan besar akan membangun web
dengan UNHAS, serta akan mengembangkan virtual university. Twin program juga telah dikembangkan
oleh UNHAS bersama ITB, dimana ijazah akan ditandatangani oleh kedua rektornya. Sistem twin
program ini juga dilakukan dengan beberapa PTS untuk mengisi program studi di UNHAS.
Hal yang membanggakan adalah bahwa Fakultas Kedokteran UNHAS telah diakui oleh Pemerintah
Malaysia, begitu pula pertukaran staf telah dilakukan dengan beberapa universitas luar negeri,
antara lain dengan Korea dan Australia. Dengan program pertukaran ini dimungkinkan untuk
melakukan kunjungan mahasiswa UNHAS ke Korea atau Australia dan sebaliknya.
Universitas Parahiyangan (UNPAR)
Dalam usahanya untuk menjadi World Class University, maka UNPAR membuat linkage melalui
internet dengan 9 universitas di luar negeri, antara lain: Hiroshima University (Jepang),
dua Universitas di Australia, Universitas Budapest (Hongaria), Beijing University (RRC),
dan Universitas di Spanyol. Melalui internet, maka materi-materi dari UNPAR dapat dibandingkan
dengan materi-materi dari ke sembilan universitas luar negeri tersebut. Diusahakan agar materi
dari UNPAR dapat dipakai di 9 universitas tersebut, begitu pula materi dari ke sembilan
universitas itu dapat dipakai.
Untuk pengembangan advanced sciences, UNPAR bertindak hati-hati. Sustainability dari program
studi advanced sciences merupakan pertimbangan utamanya di UNPAR. Dalam mengembangkan advanced
sciences ini maka UNPAR lebih memilih membuat networking dengan universitas maju di luar
negeri, di mana sistem networking ini akan saling menguntungkan. Nano-technology sudah
dikembangkan, dengan melihat apa yang telah dikembangkan di negara maju dan bagaimana
aplikasinya di Indonesia.
Dengan membuka jaringan internet lewat networking system ini, maka para mahasiswa akan
mendapatkan virtual lecturers yang lebih bermutu. Dosen-dosen yang ada, harus pula memberikan
kontribusi yang menjadi ciri khas dosen itu ke jaringan internet agar juga dapat diakses oleh
mahasiswa luar negeri.
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)
Dalam mengantisipasi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka UMM pada tahun 1991 telah
membangun Pusat Bioteknologi Pertanian (PUSBITAN), yang merupakan pusat penelitian
bioteknologi terpadu, dan bertujuan untuk mengembangkan bioteknologi pertanian dalam arti
luas, utamanya di sekitar kawasan Jawa Timur. Pada tahun 1996, para peneliti di PUSBITAN-UMM
telah memenangkan proyek Penelitian Hibah Bersaing untuk bidang Bioteknologi. Hal ini
merupakan pertama kali lembaga PTS memenangkan Proyek Penelitian Hibah Bersaing di bidang
advanced sciences. Di samping membangun pusat penelitian, UMM juga melakukan linkage dengan
Asia Institute of Technology (AIT) di Bangkok, Thailand, dan dengan Murdoch University di
Australia. Program kerja sama yang dikembangkan dengan Murdoch University adalah dalam bidang
ilmu sosial dan bahasa, antara lain Bahasa Indonesia dan Ilmu Sejarah, dan telah berlangsung
selama 3 tahun terakhir ini. Sedangkan dalam program D-3 Ilmu Keperawatan sedang dilakukan
penjajagan kerja sama dengan University of British Columbia, Vancouver, Kanada.
Mahasiswa asing yang mengikuti program studi di UMM di antaranya adalah 14 orang dari
Australia, dan beberapa dari Amerika Serikat, mengikuti program studi Sejarah, serta terdapat
pula beberapa mahasiswa AS yang magang/internship di UMM dari Illinois dan Iowa Universities.
UMM juga mengadakan kerja sama dengan USIS (United States Information Service) untuk
mendatangkan guest lecturer tertentu.
Universitas Katolik Atmajaya Jakarta (UNIKA)
Untuk catch-up dengan advanced sciences, UNIKA akan membuka Fakultas Bioteknologi. Untuk masa
depan UNIKA akan mengubah dirinya menjadi Universitas Magister, jadi setiap program studi yang
ada punya program S-2. Juga akan dibuka program S-3. Internasionalisasi UNIKA dilakukan dengan
cara mengundang dosen luar negeri ke UNIKA, dan mengirim dosen UNIKA ke luar negeri. Internship
oleh mahasiswa kedokteran luar negeri ke UNIKA terus meningkat. Internasionalisasi juga
dilakukan dengan kerja sama dalam bidang kesehatan perkotaan. Prioritas pengembangan UNIKA
adalah pendoktoran staf. Sekarang baru 30% staf yang berderajad S-3, 30% S-2, dan S-1.
Jaringan kerja sama luar negeri dikembangkan dengan Griffith University (Australia) dan
Universiteit Nijmegen (Belanda).
Penilaian terhadap Perguruan Tinggi di Indonesia
Penilaian masyarakat internasional terhadap kualitas perguruan tinggi Indonesia dapat dilihat
dari data di bawah ini yang diambil dari Asia Week 2000
Pertama, The Best Universities 2000 (Multi Disciplinary)
(Asia Week, 2000)
Ranking ........................................................ Skor
_________________________________________
1. Kyoto University .................................... (83,17)
2. Tohoko University ..................................(83,05)
3. University of Hongkong ......................... (82,55)
4. Seoul National University.......................(81,96)
--
5. National University of Singapore ......... (77,96)
47. University of Malaya ......................... (54,20)
52. University Putra Malaysia ................. (53,11)
57. University Sains Malaysia ................. (51,33)
--------------------------------------------------------
61. Indonesia University ..........................(49,89)
68. Gadjah Mada University ...................(45,92)
73. Diponegoro University ..................... (43,25)
75. Airlangga University ........................(40,96)
Kedua, The Best Universities 2000 (Science and Technology)
(Asia Week, 2000)
Ranking ..................................................... Skor
_______________________________________
1. Korea Advanced I.S.T. ......................(90,79)
2. Pohang U.S.T. ....................................(81,07)
3. Indian I.T. Bombay ............................(75.01)
4. Indian I.T. Delhi ................................(73,39)
5. Indian I.T. Madras .............................(72,10)
7. Indian I.T. Kanpur .............................(70,59)
8. Indian I.T. Kharagpur.......................(69,82)
9. Nanyang T.U. ....................................(67,75)
14. UN of Roorkee .................................(59,99)
19. Birla I.T.S. .......................................(56,42)
20. Pakistan N.U.S.T. ............................(54,69)
21. Bandung I.T. ....................................(54,30)
Ketiga, Perguruan tinggi yang spesifik disebut The Best MBA 2000
(Catatan: Indonesia tidak termasuk salah satu kategori)
Reputation
1. Indian Inst. of Management (IND)
2. NUS Business School (SIN)
3. Asian Inst. of Management (PHI)
Full Time MBA
1. Melbourne Business School (AUS)
2. Indian Inst. of Management (IND)
3. Asian Inst. of Management (PHI)
Part Time MBA
1. Melbourne Business School (AUS)
2. Chinese University of Hongkong (HK)
3. NUS Business School (SIN)
Executive MBA
1. Asian Inst. of Management (PHI)
2. Chinese Univ. of Hongkong (HK)
3. Asian Inst. of Technology (THAI)
Distance MBA
1. City University of Hongkong (HK)
2. Curtin University of Technology (AUS)
3. Brisbane Graduate School of Business (AUS)
Bangsa-bangsa yang hidup di wilayah Timur-dekat (Yunani), Timur-tengah (Arab/Yahudi),
Persia, India dan Cina mempunyai tradisi matematika yang kuat. Sebagai bukti adalah bahwa
semua penanggalan astronomis berasal dari wilayah tersebut. Oleh karena itu mereka umumnya
unggul dalam basic sciences dan pengembangannya. Bangsa-bangsa yang mendiami pantai-pantai
Asia, seperti Melayu, Korea, Jepang, Indonesia, Indocina umumnya mempunyai tradisi-budaya
craftsmanship (kepengrajinan) yang tinggi. Mereka umumnya unggul dalam meniru sesuatu. Namun
apabila tradisi ini dikembangkan dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, maka
akan dapat menghasilkan produk yang unggul.
BAB IV: KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dilaksanakan dengan nara sumber yang meliputi pimpinan PTN
dan PTS serta para pengguna produk (supplier) PT, ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Pengembangan perguruan tinggi untuk mendukung pembangunan nasional dan memacu terciptanya
perguruan tinggi berkelas dunia baru dapat dilaksanakan di beberapa PTN dan beberapa PTS yang
telah mencapai tingkat kemampuan yang memadai, baik dari sudut sumber daya manusia, dari
sudut fasilitas penunjangnya (laboratorium, perpustakaan), maupun dari sudut manajemennya.
2. Dalam rangka peningkatan peran perguruan tinggi dalam mendukung pembangunan nasional,
pengembangan perguruan tinggi secara menyeluruh melalui pelapisan perguruan tinggi
berdasarkan kemampuan yang sama untuk tiap-tiap lapis (semacam liga dengan divisi-divisi
sepakbola), merupakan strategi yang tepat, karena dengan demikian diperoleh kompetisi yang
adil (fair).
3. Dalam rangka mengembangkan perguruan tinggi, perlu diperhatikan budaya pendidikan yang
meliputi hal-hal sebagai berikut:
- Iklim akademik (academic atmosphere) perlu ditingkatkan untuk menggairahkan pengajaran dan
penelitian yang mempunyai bobot akademik yang tinggi, yang diperlukan untuk melaksanakan
kebebasan mimbar dan kebebasan akademik yang menjadi ciri khas sebuah perguruan tinggi.
- Orientasi budaya pendidikan yang masih berjalan sampai sekarang yang lebih ditekankan kepada
teacher oriented, harus diubah menjadi student centered.
- Orientasi pendidikan pada perguruan tinggi di Indonesia yang lebih menekankan kepada sifat
service oriented (orientasi jasa pelayanan), harus dilengkapi atau didampingi dengan sifat
scientific oriented (orientasi keilmuan). Dengan demikian para lulusan perguruan tinggi
tidak hanya mampu melayani masyarakat, namun juga mampu mengembangkan keilmuannya dalam
menghadapi era global yang sangat kompetitif ini. Penguasaan basic sciences perlu
ditingkatkan.
4. Mengenai pengembangan tenaga edukatif perlu diperhatikan:
- Tenaga edukatif di dalam abad XXI (yang merupakan the Century of Learning Society), di
samping harus menguasai bidang keahliannya, maka harus pula mempunyai: (1) Kemampuan dalam
penguasaan bahasa asing, terutama Bahasa Inggris, baik secara pasif maupun aktif;
(2) Kemampuan dalam menggunakan komputer dan perangkat teknologi informatikanya; dan
(3) Kemampuan untuk belajar. Masalah yang harus segera dipecahkan adalah bagaimana
menumbuhkan budaya reading habit.
- Di dalam melakukan program pengembangan tenaga edukatif, maka perguruan tinggi harus
mempunyai perencanaan yang jelas tentang bidang ilmu yang harus dikuasai oleh tenaga edukatif
tersebut. Dengan demikian ilmu-ilmu yang akan diperoleh dan dikuasainya dari negara-negara
maju dapat dengan jelas diterapkan di Indonesia.
- Bagi tenaga edukatif yang menunjukkan kualitas outstanding, sehingga mencapai derajad cum
laude atau summa cum laude dalam pendidikan S3-nya di luar negeri, maka apabila diperlukan
dapat diberi ijin untuk meneruskan karier akademiknya dengan mengikuti program post-doctorate
atau bekerja pada industri/ lembaga penelitian di luar negeri yang outstanding selama jangka
waktu tertentu untuk mendapatkan pengalaman akademik yang lebih baik. Tenaga edukatif yang
demikian ini diharapkan menjadi pool scientists yang berbobot, yang sangat penting bagi
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni di Indonesia.
- Dalam memahami keadaan sumber daya pengajar yang berkualifikasi S3 dan S2, baik yang
diperoleh di dalam, maupun terutama di luar negeri, perlu diadakan inventarisasi sebagai
dasar untuk pemanfaatannya seoptimal mungkin bagi pembangunan nasional serta dalam rangka
persaingan dengan PT luar negeri. Di bidang-bidang yang ternyata belum cukup sumber daya
dosen yang kompeten yang didasarkan atas pendidikan S2 dan S3, maka perlu dikembangkan SDM
yang menutup kekurangan tersebut.
- Tenaga edukatif dari suatu perguruan tinggi sebaiknya berasal dari berbagai perguruan tinggi
di Indonesia; dengan demikian heterogenitas tenaga edukatif terjamin. Hal ini sangat penting
untuk menghindari inbreeding, yang dapat berakibat menjadi mundurnya kualitas tenaga edukatif
tersebut.
- Pengangkatan dosen yang berasal dari perguruan tinggi lain dan daerah lain akan meningkatkan
pula hubungan antarbudaya (cross-culture) yang memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.
Hubungan antarbudaya dapat pula dicapai dengan penerimaan mahasiswa yang berasal dari berbagai
daerah secara terprogram.
- Penerimaan tenaga edukatif baru perlu memperhatikan kemampuan Bahasa Inggris mereka.
Seyogianya penerimaan tersebut didasarkan atas skor TOEFL sekurang-kurangnya 450.
- Kenaikan pangkat dalam jalur akademik perlu dikaitkan pula dengan pencapaian skor TOEFL yang
terus meningkat, sehingga mutu tenaga edukatif meningkat pula dengan kemampuan memahami
literatur dalam Bahasa Inggris yang pada gilirannya akan meningkatkan kemampuan mengajarnya,
baik dari sudut substansi maupun dari sudut metode pembelajarannya.
- Mengingat pemahaman Bahasa Inggris ini demikian penting untuk perguruan tinggi, terutama yang
berkelas dunia, maka setiap perguruan tinggi harus mempunyai program khusus tentang hal
tersebut.
- Sebagai Pembimbing Akademik, maka tenaga edukatif harus secara proaktif membimbing mahasiswa
dalam arti yang sebenarnya; jadi bukan hanya sekedar menandatangani KRS (Kartu Rencana Studi)
saja, yang mengakibatkan kemajuan belajar mahasiswa tidak terdeteksi dari semester ke semester
yang bermuara ke kegagalan atau lulus dengan prestasi minim.
- Mengingat peringkat PT Indonesia di antara PT Asia demikian rendahnya, maka perlu dikembangkan
penelitian iptek serta penulisan dalam jurnal ilmiah luar negeri oleh tenaga edukatif yang di
antaranya menjadi kriteria untuk penetapan peringkat tersebut. Pengembangan tersebut di
antaranya dirangsang dengan disediakannya dana untuk penelitian dan penulisan tersebut oleh
perguruan tinggi yang bersangkutan.
5. Dalam rangka pengembangan kurikulum dan keunggulan perlu diperhatikan:
- Agar kurikulum dapat memberikan pengetahuan yang memadai kepada peserta didik dalam era global
ini, maka kurikulum inti yang akan dikembangkan harus berstandar internasional.
- Keunggulan suatu perguruan tinggi akan tercermin dari keunggulan program studinya. Keunggulan
program studi bagi perguruan tinggi di Indonesia haruslah dibentuk dari akar budaya sendiri,
yang dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi modern mampu membentuk keunggulan. Dengan
demikian digunakan prinsip from culture to highly qualified academic performance.
6. Pemerintah harus mampu menjadikan masalah biaya pendidikan suatu hal yang penting dan
mendesak, dan dengan demikian dapat mengusahakan anggaran pendidikan yang patut. Harus ada
political will serta perencanaan sistem pendidikan yang jelas dan memadai dari pemerintah
untuk menaikkan anggaran pendidikan. Perlu dibentuk berbagai lobi untuk maksud tersebut.
7. Globalisasi berarti pula pemanfaatan ilmu pengetahuan yang khas Indonesia/daerah yang dapat
dipelajari oleh para ilmuwan luar negeri, seperti misalnya bidang kebudayaan, termasuk
kesenian dan bahasa, di bidang sejarah dan di bidang pengetahuan yang berkaitan dengan aspek
tropis, seperti kedokteran, pertanian, kehutanan dan lain-lain.
8. Pemanfaatan ilmu pengetahuan yang khas Indonesia/ daerah dilaksanakan pula dengan pemberian
berbagai mata kuliah yang berkaitan dengan kekhasan itu oleh para pakar Indonesia di
perguruan tinggi di luar negeri, seperti yang telah terjadi dengan pengajaran ethnomusicology
Indonesia dengan praktek penabuhan gamelan di berbagai kampus di luar negeri. Demikian pula
dengan pemanfaatan pakar Indonesia dalam bidang tropical sciences.
9. Dalam hubungan dengan penurunan kemampuan lulusan SMU yang meliputi semua bidang, perlu
diadakan evaluasi tentang hasil UMPTN dari tahun ke tahun.
10. Dalam kaitan dengan penerimaan mahasiswa baru, perlu diperhatikan para pelajar yang mengikuti
berbagai program pertukaran pelajar dengan luar negeri, yang telah memperoleh peningkatan
kemampuan yang sangat berarti, seperti misalnya program American Field Service (AFS). Mereka
merupakan aset yang penting, sehingga perlu dipertimbangkan penerimaan di perguruan tinggi
dengan sistem non-UMPTN, seperti program Penjaringan Bakat Unggul Daerah (PBUD) dan
program-program lainnya.
11. Perlu pula dicermati penyelenggaraan lembaga yang berpredikat "unggul" dalam kaitan dengan
memperoleh calon mahasiswa yang lebih bermutu. Dalam hubungan ini yang perlu diperhatikan
adalah bahwa peserta didik yang masuk ke lembaga tersebut tidak semata-mata yang mampu
keuangannya, akan tetapi juga terbuka bagi yang kurang mampu, yang mempunyai kemampuan
intelektual yang brilyan. Hal ini harus ditunjang oleh sistem ikatan dinas yang memadai.
12. Dalam mengatasi kurangnya kemampuan berbahasa asing, kegiatan penerjemahan merupakan
salah satu cara yang efektif yang perlu dikembangkan.
Contoh yang baik adalah cara yang ditempuh di Jepang dengan penerjemahan buku-buku mutakhir
segera setelah buku-buku tersebut diterbitkan di negara lain. Program penerjemahan ini perlu
dilaksanakan secara nasional dengan dukungan dana yang memadai, baik dana dari sektor publik
maupun dari sektor swasta.
13. Dalam hubungan dengan penerbitan buku ilmu pengetahuan, termasuk di dalamnya penerbitan buku
terjemahan, perlu pajak kertas dibebaskan.
14. Mengingat dalam era globalisasi sertifikat internasional menentukan, perlu dikembangkan
sertifikasi nasional dengan asosiasi profesi yang diarahkan ke pemenuhan syarat sertifikasi
internasional.
15. Paradigma baru bagi perguruan tinggi di Indonesia adalah memperbesar otonomi, mengembangkan
akuntabilitas publik, melakukan evaluasi secara objektif dan berkesinambungan dalam rangka
perbaikan dan penyesuaian secara berkelanjutan, dan melakukan akreditasi secara profesional.
16. Dalam hubungan dengan pelaksanaan paradigma baru ini, hubungan antara Depdiknas dengan PTN
serta antara yayasan yang bersangkutan dengan PTS haruslah diatur sedemikian rupa, sehingga
kondusif untuk perkembangan perguruan tinggi.
17. Segala sesuatu yang tertera di atas, yang berkaitan dengan perkembangan perguruan
tinggi untuk mendukung pembangunan nasional dan memacu terciptanya perguruan tinggi berkelas
dunia perlu dipertimbangkan penetapan akreditasi yang dilaksanakan Badan Akreditasi Nasional
yang independen, bukan merupakan lembaga kepanjangan dari Depdiknas. Badan Akreditasi Nasional
tersebut seyogianya dibentuk berdasarkan undang-undang.
18. Anggota-anggota badan tersebut terdiri dari tokoh-tokoh pendidikan dan tokoh-tokoh masyarakat
yang mempunyai integritas tinggi, sehingga hasil akreditasi mendapat pengakuan di dalam
maupun di luar negeri.